Peningkatan
tajam Rupiah diantara Mata Uang Global sejak 5 Oktober selama
seminggu telah mengejutkan banyak konsultan dan analis keuangan yang
tidak percaya akan terjadi fenomena titik infleksi (balik) penguatan
Rupiah yang tajam terhadap Dolar AS ditengah terpuruknya rupiah
semenjak awal 2015. Anomali peningkatan Rupiah ini oleh analis dan
ekonom di kaitkan dengan beberapa isu: 1. Apakah karena intervensi
Bank Indonesia (BI) atau Paket stimulus ekonomi ? 2. Apakah karena
rencana kenaikan suku bunga The Fed (Quantitative Easing)?
Semua ini adalah faktor ekonomi makro (Ceteris paribus) Global dan
Domestik. Mungkinkah faktor politik diluar ekonomi seperti parade HUT
TNI, 5 Oktober 2015 di-dermaga Indah Kiat, Cilegon dapat memicu titik
infleksi penguatan Rupiah seusai pidato Presiden Jokowi sebagai
Inspektur Upacara HUT TNI, apakah sebuah ‘Jokowi Effect’ yang
lain ?
Sebelum
5 Oktober, rupiah terus melemah ke level psikologis Rp 15,000, diatas
Rp 14,700 (2/10), meskipun sudah dilakukan dua kali paket stimulus
ekonomi oleh pemerintah yang gagal menahan keterpurukan rupiah.
Publikasi BI Rabu(7/10) memperlihatkan penggerusan Cadangan Devisa RI
US$ 3.6 Miliar terbesar selama September 2015 menuju US$ 101.7 Miliar
mendekati angka psikologis Cadangan Devisa US$ 100 Milyar. Cadangan
devisa RI melorot sebesar 12 % dalam 7 bulan 2015, dari US$ 114.25
Miliar(Januari 2015) menjadi USD 101.7 Miliar (30 September 2015),
sayangnya tanpa peningkatan Rupiah, malahan keterpurukan terparah
Rupiah 4.1% bulan September (3.7% bulan Agustus) ditengah intervensi
BI. BI seperti menabur garam di laut. “Save by the Bell”
seloroh analis ekonom seperti melihat momen kritis pada pertandingan
tinju dunia. Untungnya, disusul peningkatan kembali Rupiah 5.6%
dibulan Oktober 2015, setelah pidato Jokowi di HUT TNI.
Apakah
ada korelasi antara HUT TNI dan menguatnya rupiah, sebuah keniscayaan
atau faktor kebetulan saja? Ataukah sebuah perang asimetris antara
sentiment positif HUT TNI di Social Media dengan sentiment negative
investor dan spekulator (invisible hand) atau hilangnya kepercayaan
pasar terhadap Rupiah?
Bahkan
faktor ekternal Global seperti rencana/ rumor peningkatan suku bunga
oleh The FED, beberapa kali menjadi faktor melemahnya rupiah, karena
investor panik dan terjadi pelarian investasi keluar RI (efek Taper
Tantrum), yang direkayasa menjadi kemungkinan penguatan rupiah.
Faktor lain memburuknya data tenaga kerja AS (5/10), hanya memperkuat
3 mata uang global seperti Won Korea (1.2%); Yen Jepang (0.2%); Bath
Thailand (0.4%) dari 11 mata uang global; dan hanya Rupiah yang
paling perkasa dengan peningkatan tajam 4.4% karena faktor HUT TNI
disusul oleh Ringgit Malaysia (3.4%).
Jadi
tinggal faktor domestic level nasional yang dapat membalikkan Rupiah
secara drastis menguat 8.78 persen dalam seminggu dari Rp 14,719/US$
Jumat (2/10) menjadi Rp 13,521 Jumat (10/10). Rupiah menguat 3.1
persen dalam sehari Rabu (7/10), sebuah penguatan fantastis sejak
Desember 2008, meningkatkan optimisme pasar valuta dan kepercayaan
investor global. Pada 5 Oktober 2015, ada dua fenomena signifikan,
pertama paket stimulus ekonomi pemerintah yang ketiga dan HUT TNI
akbar dikuti defile seluruh kekuatan TNI dan alutsista serta peragaan
memukau kekuatan AD, AL dan AU terintegrasi dalam perang semesta
modern yang memberikan efek titik infleksi (pembalikan) rupiah secara
tajam dalam seminggu kedepan; magnitude lebih kuat dari ‘Jokowi
Effect’ sebelumnya. Defile parade militer yang diikuti atraksi unik
gelar kekuatan perang modern terintegrasi oleh ratusan pesawat tempur
jet F16 dan Sukhoi; helicopter; pesawat pengangkut Hercules; 52 kapal
perang berbagai jenis; kapal selam dan ratusan kendaraan tank; lapis
baja dan artileri dalam kondisi perang dan di luncurkan dalam
scenario perang modern darat laut dan udara yang jarang diperagakan
meski ditingkat global sekalipun. Dari diskusi Rudi Rusdiah, Ketua
Asosiasi Komputer Apkomindo, Mastel dan alumni Lemhannas PPRA
XLII/2008 serta anggota Desk Cyber (DK2ICN) Kemenko Polhukam dengan
para diplomat asing; duta besar dan atase militer Negara sahabat yang
hadir pada acara HUT TNI ke 70 ini tersirat profile, sentimen dan
indikator positif yang dilaporkan ke negaranya masing-masing bahwa
ekonomi dan geopolitik Indonesia sangat kondusif dan stabil. Padahal
pada 2015 ini banyak sentimen negative karena El NINO terparah sejak
1998 dan krisis komoditi global dan krisis Negara-negara di dunia
yang menyebabkan Rupiah ikut terpuruk sejak 1998 krisis Asean. HUT
TNI tentu membawa angin segar memicu sentimen positif melalui Sosial
Media OTT seperti Twitter; Facebook; Whatsapps; Youtube ke Netizen
penjuru dunia dan command center OTT di Silicon Valley bersumberdari
dermaga Indah Kiat, Cilegon. Sebuah Anomali kekuatan Social Media dan
Netizen RI (80 juta) dan Global (2 miliar) yang sering dilupakan oleh
pengamat pasar dan ekonom.
Ribuan
masyarakat hadir dan partisipasi bahkan pada saat defile berparade di
mimbar kehormatan diplomat Asing dan inspektur upacara oleh Presiden
Jokowi bersama Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Disusul
blusukan Presiden menyalami ribuan masyarakat usai pidato
menciptakan sentiment luar biasa melebihi ‘Jokowi effect’
sebelumnya bahwa politik di Indonesia sangat stabil dan TNI;
Pemerintah bersama Rakyat sangat dekat tanpa jarak birokrasi,
menyebabkan kembalinya aliran investasi dan kepercayaan investor
(asing). TNI yang kuat dan professional sangat dibutuhkan menjaga
Negara kepulauan (archipelago) terbesar didunia dengan 7,9 juta
kilometer persegi; pasar domestic dengan jumlah penduduk nomor 4
didunia; eksploitasi sumber daya alam dan hutan tropis, faktor
deterrent, serta menghancurkan kekuatan asimetris baik
spekulan global; narkoba dimasa datang. Jenderal Gatot Nurmantyo
menyebut sebagai “Pesta Rakyat bersama TNI’, dimana TNI yang
kuat, professional bersama rakyat mampu mempertahankan kedaulatan;
kemerdekaan dan kemandirian NKRI dengan kebijakan Minimum Essential
Force (MEF). Bahkan Global Firepower, analis militer dunia
memposisikan TNI di ranking ke 12 setelah Amerika, Rusia, RRT, India,
UK, Korea dan Israel. TNI jauh diatas kekuatan Negara tetangga
seperti Singapura, Malaysia bahkan Australia dan Selandia Baru. Hari
berikutnya Sultan Brunei Darrusalam memberikan penghormatan tertinggi
‘Dato Paduka Seri’ kepada Jenderal Gatot Nurmantyo.
Semoga
Pemerintah Indonesia dapat mempertahankan momentum penguatan yang
luar biasa selama seminggu pada HUT TNI ke 70 ditengah kebutuhan
valuta asing untuk pembayaran hutang dan belanja modal pada akhir
tahun ini. TNI yang kuat dan professional sangat dibutuhkan dan
jangan meremehkan kekuatan sentiment positif Netizen; Social
Media/OTT yang dapat memutar balik pelemahan rupiah dan kepercayaan
investor menjadi indikator positif ekonomi Indonesia pada era Big
Data. rrusdiah@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar